Sejarah Kerajaan Majapahit: Dari Awal Berdiri Hingga Keruntuhan

Mahkota yang disebut berasal dari Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkuat yang pernah ada di Nusantara. Kerajaan ini berdiri pada akhir abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14.

Kerajaan Majapahit memiliki pengaruh yang luas di Asia Tenggara, bahkan sampai ke Madagaskar di Afrika.

Namun, kerajaan ini juga mengalami berbagai konflik dan pemberontakan yang akhirnya menyebabkan keruntuhannya pada abad ke-16.

Dalam artikel ini, kami akan membahas sejarah kerajaan Majapahit secara lengkap dan mendalam.

Kami akan menjelaskan bagaimana kerajaan ini berdiri, siapa saja raja-raja yang memimpinnya, apa saja prestasi dan tantangan yang dihadapi, serta bagaimana akhir dari kerajaan ini.

Kami juga akan memberikan informasi tentang lokasi, budaya, agama, ekonomi, militer, dan peninggalan kerajaan Majapahit yang masih bisa kita lihat hingga saat ini.

Bagaimana Kerajaan Majapahit Berdiri?

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari. Singasari adalah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur dan menguasai sebagian besar pulau Jawa pada abad ke-13.

Namun, pada tahun 1292, Singasari diserang oleh pasukan Mongol yang dikirim oleh Kubilai Khan, kaisar Dinasti Yuan di Tiongkok. Pasukan Mongol ini dipimpin oleh Shi Jingtang dan Ike Mese.

Kertanegara tewas dalam serangan tersebut, dan Singasari jatuh ke tangan pasukan Mongol. Namun, Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama istrinya dan beberapa pengikut setianya.

Mereka mencari perlindungan di Madura, di bawah naungan Adipati Wiraraja dari Sumenep. Wiraraja adalah sekutu dari Jayakatwang, raja Kerajaan Gelang-gelang yang juga musuh dari Singasari.

Wiraraja menyarankan Raden Wijaya untuk menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan meminta izin untuk membuka hutan di daerah Tarik, dekat Sungai Brantas.

Jayakatwang menyetujui permintaan tersebut dan memberikan tanah kepada Raden Wijaya untuk dijadikan tempat tinggal dan benteng pertahanan.

Raden Wijaya kemudian mendirikan sebuah desa yang dinamakan Majapahit, yang berasal dari kata maja (sejenis buah) dan pahit (rasa buah tersebut).

Raden Wijaya tidak berniat untuk tunduk kepada Jayakatwang. Ia sebenarnya sedang merencanakan balas dendam atas kematian mertuanya dan merebut kembali tahta Singasari.

Ia memanfaatkan kesempatan ketika pasukan Mongol kembali menyerang Jawa pada tahun 1293 untuk mengusir Jayakatwang dari istana Singasari.

Raden Wijaya berpura-pura bersahabat dengan pasukan Mongol dan menawarkan bantuan untuk mengalahkan Jayakatwang.

Namun, setelah Jayakatwang dikalahkan, Raden Wijaya malah menyerang pasukan Mongol dari belakang dan mengusir mereka dari Jawa.

Dengan demikian, Raden Wijaya berhasil menguasai wilayah bekas Singasari dan mendirikan kerajaannya sendiri yang bernama Majapahit.

Ia dinobatkan sebagai raja pertama Majapahit dengan gelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana pada tanggal 10 November 1293.

Peta yang menunjukkan Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya pada abad ke-14 Masehi.
Peta yang menunjukkan Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya pada abad ke-14 Masehi.

Siapa Saja Raja-Raja Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit memiliki sekitar 14 raja yang memerintah selama kurang lebih 250 tahun. Berikut adalah daftar raja-raja Majapahit beserta masa pemerintahan dan prestasi mereka:

Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309):

Raja pendiri Majapahit yang berhasil menyatukan kembali wilayah bekas Singasari dan mengalahkan pasukan Mongol.

Ia juga memperluas wilayah Majapahit ke Bali, Lombok, Sumbawa, dan sebagian Sumatera. Ia memiliki empat istri yang berasal dari empat kerajaan berbeda, yaitu Singasari, Janggala, Kediri, dan Bali.

Ia meninggal karena sakit pada tahun 1309 dan digantikan oleh putranya yang tertua, Jayanagara.

Sri Maharaja Jayanagara (1309-1328):

Raja kedua Majapahit yang melanjutkan kebijakan ayahnya untuk memperkuat dan memperluas kerajaan. Ia berhasil menaklukkan Kerajaan Pejeng di Bali dan Kerajaan Dharmasraya di Sumatera.

Ia juga membangun ibu kota baru Majapahit di Trowulan, menggantikan Tarik yang terlalu sempit. Ia meninggal karena dibunuh oleh seorang tabib yang merupakan kekasih dari salah satu selirnya.

Ia tidak memiliki keturunan, sehingga digantikan oleh adik perempuannya, Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Sri Maharani Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350):

Ratu ketiga Majapahit yang memimpin kerajaan bersama dengan suaminya, Kertawardhana. Ia dikenal sebagai ratu yang berani dan bijaksana.

Ia berhasil mengalahkan Kerajaan Sunda di Bubat pada tahun 1357, meskipun peristiwa tersebut juga menimbulkan tragedi karena putranya, Hayam Wuruk, kehilangan calon istrinya yang berasal dari Sunda.

Ia juga memerintahkan ekspedisi besar-besaran ke Nusantara timur untuk menundukkan kerajaan-kerajaan yang memberontak, seperti Ternate, Tidore, Sula, Bacan, Ambon, Seram, Buru, Aru, dan Papua.

Ekspedisi ini dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, yang terkenal dengan sumpahnya untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.

Tribhuwana turun tahta pada tahun 1350 dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putranya, Hayam Wuruk.

Sri Maharaja Hayam Wuruk (1350-1389):

Raja keempat Majapahit yang merupakan raja terbesar dan teragung dalam sejarah kerajaan ini. Ia berhasil membawa Majapahit ke puncak kejayaannya, baik dari segi wilayah, kekuatan, maupun kemakmuran.

Ia memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, mencakup hampir seluruh Nusantara dan sebagian Asia Tenggara. Ia juga dikenal sebagai raja yang cinta damai dan toleran terhadap berbagai agama dan budaya.

Ia membangun banyak candi, istana, taman, dan waduk yang indah dan megah. Ia juga mendukung perkembangan seni, sastra, dan ilmu pengetahuan di kerajaannya.

Salah satu karya sastra terkenal dari masa pemerintahannya adalah Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, yang menggambarkan keadaan Majapahit secara rinci dan pujian.

Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389 tanpa meninggalkan ahli waris yang sah. Hal ini menyebabkan krisis suksesi yang berkepanjangan di antara para bangsawan dan kerabatnya.

Sri Maharaja Wikramawardhana (1389-1429):

Raja kelima Majapahit yang merupakan sepupu sekaligus menantu dari Hayam Wuruk. Ia harus menghadapi persaingan dari Bhre Wirabhumi, putra selir Hayam Wuruk yang juga mengklaim hak atas tahta Majapahit. Perseteruan ini berujung pada Perang Paregreg (1404-1406), sebuah perang saudara yang mengoyak kerajaan.

Ramawardhana akhirnya berhasil mengalahkan dan membunuh Bhre Wirabhumi, tetapi juga mengalami kerugian besar akibat perang. Ia juga harus menghadapi ancaman dari Kerajaan Ayutthaya di Thailand yang menyerang wilayah Majapahit di Sumatera. Ia meninggal pada tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya, Suhita.

Sri Maharani Suhita (1429-1447):

Ratu keenam Majapahit yang merupakan ratu kedua setelah Tribhuwana. Ia melanjutkan perjuangan ayahnya untuk mempertahankan kerajaan dari serangan asing.

Ia berhasil mengalahkan Kerajaan Samudra Pasai di Aceh yang berusaha melepaskan diri dari Majapahit.

Ia juga mengirim pasukan untuk membantu Kerajaan Champa di Vietnam yang sedang berperang melawan Dinasti Ming dari Tiongkok. Ia meninggal pada tahun 1447 dan digantikan oleh adiknya, Kertawijaya.

Sri Maharaja Kertawijaya (1447-1451):

Raja ketujuh Majapahit yang berusaha untuk mengembalikan kestabilan dan kemakmuran kerajaan. Ia membuat perjanjian damai dengan Kerajaan Ayutthaya dan Kerajaan Malaka, dua kerajaan yang sebelumnya berseteru dengan Majapahit.

Ia juga memperbaiki hubungan dengan Dinasti Ming, yang mengirim utusan untuk memberikan penghormatan kepada Majapahit. Ia meninggal pada tahun 1451 dan digantikan oleh putranya, Rajasawardhana.

Sri Maharaja Rajasawardhana (1451-1453):

Raja kedelapan Majapahit yang merupakan raja terpendek dalam sejarah kerajaan ini. Ia hanya memerintah selama dua tahun sebelum meninggal karena sakit.

Ia tidak memiliki prestasi yang berarti, kecuali memindahkan ibu kota Majapahit dari Trowulan ke Daha, bekas ibu kota Kerajaan Kediri. Ia digantikan oleh adiknya, Bhre Pamotan, yang naik tahta dengan gelar Girindrawardhana.

Sri Maharaja Girindrawardhana (1453-1466):

Raja kesembilan Majapahit yang merupakan raja terakhir yang diakui oleh seluruh wilayah kerajaan. Ia menghadapi tantangan dari Kerajaan Demak, sebuah kerajaan Islam yang muncul di pantai utara Jawa.

Kerajaan Demak dipimpin oleh Raden Patah, yang diklaim sebagai cucu dari Kertarajasa melalui jalur ibunya. Raden Patah menuntut hak waris atas Majapahit dan menyerang Daha pada tahun 1466.

Girindrawardhana berhasil mempertahankan Daha, tetapi terpaksa mundur ke Kediri. Ia meninggal pada tahun 1466 dan digantikan oleh putranya, Singhawikramawardhana.

Sri Maharaja Singhawikramawardhana (1466-1468):

Raja kesepuluh Majapahit yang hanya memerintah selama dua tahun. Ia melanjutkan perlawanan terhadap Kerajaan Demak, tetapi tidak mampu menghentikan laju penaklukan mereka. Ia meninggal pada tahun 1468 dan digantikan oleh putrinya, Kusumawardhani.

Sri Maharani Kusumawardhani (1468-1478):

Ratu kesebelas Majapahit yang merupakan ratu ketiga setelah Tribhuwana dan Suhita. Ia menikah dengan Bhre Wirabhumi, putra dari Wikramawardhana yang sebelumnya memberontak terhadap ayahnya.

Dengan demikian, ia berusaha untuk menyatukan kembali keluarga kerajaan yang terpecah belah. Ia juga berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Demak, dengan menikahkan putranya, Ranawijaya, dengan putri dari Raden Patah.

Namun, upaya ini tidak berhasil karena Ranawijaya malah membunuh istrinya dan memimpin pemberontakan melawan Demak. Kusumawardhani meninggal pada tahun 1478 dan digantikan oleh suaminya, Bhre Wirabhumi, yang naik tahta dengan gelar Girishawardhana.

Sri Maharaja Girishawardhana (1478-1498):

Raja kedua belas Majapahit yang merupakan raja terakhir yang memerintah dari Daha. Ia menghadapi perlawanan dari putra tirinya, Ranawijaya, yang membangun basis kekuatan di Jipang (sekarang Bojonegoro).

Ranawijaya mendapat dukungan dari beberapa daerah yang tidak puas dengan pemerintahan Girishawardhana. Perang saudara pun pecah lagi di antara mereka.

Girishawardhana akhirnya tewas dalam pertempuran melawan Ranawijaya pada tahun 1498. Ranawijaya kemudian mengklaim dirinya sebagai raja Majapahit yang sah dengan gelar Brawijaya V.

Sri Maharaja Brawijaya V (1498-1518):

Raja ketiga belas Majapahit yang merupakan raja pertama yang memerintah dari Jipang. Ia mengklaim sebagai penerus sah dari dinasti Rajasa, meskipun ia sebenarnya berasal dari dinasti Wengker, sebuah kerajaan bawahan Majapahit.

Ia berusaha untuk mengembalikan kejayaan Majapahit, tetapi tidak berhasil karena banyak wilayah yang sudah lepas dari pengaruhnya.

Ia juga harus menghadapi ancaman dari Kerajaan Demak, yang semakin kuat dan agresif. Ia meninggal pada tahun 1518 dan digantikan oleh putranya, Brawijaya VI.

Sri Maharaja Brawijaya VI (1518-1527):

Raja keempat belas dan terakhir Majapahit yang merupakan raja terlemah dalam sejarah kerajaan ini. Ia tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh ayahnya.

Ia bahkan harus mengakui kekuasaan Demak dan membayar upeti kepada mereka. Ia juga harus menerima Islam sebagai agama resmi kerajaannya, meskipun ia sendiri masih memeluk Hindu.

Ia meninggal pada tahun 1527 tanpa meninggalkan ahli waris yang jelas. Dengan demikian, berakhirlah riwayat Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Kerajaan Majapahit di Bali
Kerajaan Majapahit di Bali

Apa Saja Prestasi dan Tantangan yang Dihadapi oleh Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit memiliki banyak prestasi dan tantangan yang menandai sejarahnya. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Prestasi:

  • Membentuk sebuah kerajaan yang luas dan kuat yang menguasai hampir seluruh Nusantara dan sebagian Asia Tenggara.
  • Menciptakan sebuah sistem pemerintahan yang efektif dan efisien, dengan pembagian wilayah menjadi beberapa provinsi (bhumi) yang dipimpin oleh gubernur (rakryan) dan dibantu oleh pejabat-pejabat lainnya.
  • Membangun sebuah ibu kota yang megah dan indah di Trowulan, dengan berbagai bangunan, candi, taman, dan waduk yang menunjukkan kemajuan arsitektur dan teknologi.
  • Mengembangkan sebuah budaya yang kaya dan beragam, dengan pengaruh dari berbagai agama (Hindu, Buddha, Islam), etnis (Jawa, Bali, Madura, Melayu, Tionghoa), dan negara (India, Tiongkok, Kamboja, Thailand).
  • Mendukung perkembangan seni, sastra, dan ilmu pengetahuan, dengan menghasilkan karya-karya besar seperti Kakawin Nagarakretagama, Kakawin Sutasoma, Pararaton, Kidung Sundayana, Kitab Negarakertagama Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, Kitab Surya Alam Jayabaya, Kitab Arjuna Wiwaha Prapanca Yuga, Kitab Pustaka Raja Purwa Parwa Sang Hyang Kamahayanikan.
  • Mempromosikan perdagangan dan diplomasi dengan berbagai negara di Asia dan Afrika, dengan mengirim utusan dan pedagang ke sana atau menerima kunjungan dari mereka. Beberapa contoh adalah hubungan baik dengan Dinasti Ming, Dinasti Yuan, Kerajaan Champa, Kerajaan Ayutthaya, Kerajaan Malaka, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, dan Kerajaan Madagaskar.

Tantangan:

  • Menghadapi serangan dari pasukan Mongol yang dikirim oleh Kubilai Khan pada tahun 1292 dan 1293, yang menghancurkan Kerajaan Singasari dan mengancam Majapahit.
  • Menghadapi pemberontakan dari beberapa kerajaan bawahan yang tidak puas dengan kebijakan Majapahit, seperti Bali, Sunda, Madura, Blambangan, dan Nusantara timur.
  • Menghadapi perang saudara yang disebabkan oleh persaingan antara para bangsawan dan kerabat kerajaan yang berebut tahta Majapahit, seperti Perang Paregreg (1404-1406) dan Perang Jipang (1498-1500).
  • Menghadapi ancaman dari kerajaan-kerajaan Islam yang muncul di pantai utara Jawa, seperti Demak, Cirebon, Banten, dan Pajang, yang berusaha untuk menggantikan Majapahit sebagai kekuatan utama di Nusantara.
  • Menghadapi kemunduran ekonomi dan sosial akibat perubahan zaman dan pergolakan politik, yang menyebabkan banyak penduduk Majapahit bermigrasi ke daerah lain atau berpindah agama.
Kepala terakota diyakini sebagai representasi dari Gajah Mada, Trowulan, Jawa Timur, Indonesia
Kepala terakota diyakini sebagai representasi dari Gajah Mada, Trowulan, Jawa Timur, Indonesia

Bagaimana Akhir dari Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan keruntuhan secara bertahap sejak akhir abad ke-14. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah:

  • Kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389 tanpa meninggalkan ahli waris yang sah, yang memicu krisis suksesi dan perpecahan di antara para bangsawan dan kerabat kerajaan.
  • Berkurangnya loyalitas dan ketaatan dari beberapa kerajaan bawahan yang merasa tidak mendapat perlakuan adil atau manfaat dari Majapahit. Beberapa di antaranya bahkan memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
  • Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa yang menantang otoritas dan pengaruh Majapahit. Kerajaan-kerajaan ini memiliki keunggulan dalam hal perdagangan maritim dan penyebaran agama Islam. Mereka juga memiliki aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan Asia Tenggara yang beragama Islam.
  • Menurunnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Majapahit akibat perang saudara, serangan asing, bencana alam, wabah penyakit, korupsi, dan ketidakadilan. Hal ini menyebabkan banyak penduduk Majapahit yang bermigrasi ke daerah lain atau berpindah agama.
  • Hilangnya sumber-sumber sejarah yang dapat memberikan informasi tentang keadaan Majapahit pada masa-masa akhirnya. Banyak dokumen, prasasti, candi, dan artefak lainnya yang rusak atau hilang akibat perang atau alam. Hal ini menyulitkan para sejarawan untuk merekonstruksi sejarah Majapahit secara akurat.

Kerajaan Majapahit secara resmi berakhir pada tahun 1527, ketika Brawijaya VI meninggal tanpa meninggalkan ahli waris yang jelas. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa ada beberapa raja atau penguasa lokal yang masih mengklaim sebagai penerus Majapahit hingga abad ke-16 atau bahkan ke-17. Beberapa di antaranya adalah:

  • Brawijaya VII (1527-1549), putra dari Brawijaya VI yang memerintah dari Jipang.
  • Pangeran Benawa (1549-1582), putra dari Brawijaya VII yang memerintah dari Madiun.
  • Pangeran Arya Penangsang (1549-1568), putra dari Bhre Wirabhumi yang memerintah dari Jipang dan kemudian Demak.
  • Pangeran Hadiwijaya (1568-1582), putra dari Pangeran Benawa yang memerintah dari Pajang.
  • Sultan Agung (1613-1645), raja ketiga Kerajaan Mataram yang mengklaim sebagai keturunan dari Brawijaya V dan berusaha untuk mengembalikan kejayaan Majapahit.
Gerbang Bajang Ratu dan Wringin Lawang, dua contoh Arsitektur Majapahit, Trowulan, Jawa Timur, Indonesia
Gerbang Bajang Ratu dan Wringin Lawang, dua contoh Arsitektur Majapahit, Trowulan, Jawa Timur, Indonesia

Apa Saja Lokasi, Budaya, Agama, Ekonomi, Militer, dan Peninggalan Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit memiliki berbagai aspek yang menarik untuk diketahui. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Lokasi:

Kerajaan Majapahit berpusat di pulau Jawa, dengan ibu kota awalnya di Tarik, kemudian dipindahkan ke Trowulan, lalu ke Daha, dan terakhir ke Jipang. Wilayah kekuasaan Majapahit mencakup hampir seluruh Nusantara dan sebagian Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Madura, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan Madagaskar.

Budaya:

Kerajaan Majapahit memiliki budaya yang kaya dan beragam, dengan pengaruh dari berbagai agama (Hindu, Buddha, Islam), etnis (Jawa, Bali, Madura, Melayu, Tionghoa), dan negara (India, Tiongkok, Kamboja, Thailand). Budaya Majapahit mencerminkan kecintaan mereka terhadap keindahan, kesenian, kesusastraan, dan ilmu pengetahuan. Beberapa contoh budaya Majapahit adalah:

Arsitektur:

Majapahit membangun banyak bangunan yang megah dan indah, seperti candi, istana, taman, dan waduk. Beberapa candi terkenal dari Majapahit adalah Candi Penataran, Candi Surawana, Candi Jawi, Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Brahu. Beberapa istana terkenal dari Majapahit adalah Istana Bajang Ratu, Istana Wringin Lawang, dan Istana Ratu Boko.

Beberapa taman terkenal dari Majapahit adalah Taman Sari, Taman Majapahit, dan Taman Bunga. Beberapa waduk terkenal dari Majapahit adalah Waduk Segaran, Waduk Tikus, dan Waduk Simping.

Seni:

Majapahit menghasilkan banyak karya seni yang menunjukkan keahlian dan kreativitas mereka, seperti patung, relief, lukisan, keramik, perhiasan, dan tekstil. Beberapa patung terkenal dari Majapahit adalah Patung Gajah Mada, Patung Harihara, Patung Dwarapala, Patung Arca Budha, dan Patung Singa.

Beberapa relief terkenal dari Majapahit adalah Relief Panji, Relief Ramayana, Relief Arjunawiwaha, Relief Sutasoma, dan Relief Kertarajasa. Beberapa lukisan terkenal dari Majapahit adalah Lukisan Wayang Kulit, Lukisan Wayang Beber, Lukisan Pemandangan Majapahit, Lukisan Perang Paregreg, dan Lukisan Perang Jipang.

Beberapa keramik terkenal dari Majapahit adalah Keramik Celadon, Keramik Biru Putih, Keramik Merah Putih, Keramik Lapis Emas, dan Keramik Motif Bunga. Beberapa perhiasan terkenal dari Majapahit adalah Perhiasan Emas, Perhiasan Perak, Perhiasan Tembaga, Perhiasan Mutiara, dan Perhiasan Giok.

Penggambaran Raden Wijaya yang didewakan sebagai Harihara (setengah Siwa, setengah dewa Krishna). Jakarta, Indonesia.
Penggambaran Raden Wijaya yang didewakan sebagai Harihara (setengah Siwa, setengah dewa Krishna). Jakarta, Indonesia.

Beberapa tekstil terkenal dari Majapahit adalah Tekstil Batik, Tekstil Ikat, Tekstil Songket, Tekstil Prada, dan Tekstil Tenun. – Sastra: Majapahit menghasilkan banyak karya sastra yang menunjukkan keindahan dan kearifan bahasa mereka, seperti kakawin, kidung, pararaton, babad, kitab, dan suluk.

Beberapa kakawin terkenal dari Majapahit adalah Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular, Kakawin Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa, Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, dan Kakawin Smaradahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja.

Beberapa kidung terkenal dari Majapahit adalah Kidung Sundayana yang menceritakan perang Bubat antara Majapahit dan Sunda, Kidung Harsawijaya yang menceritakan kisah Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kidung Panji Wijayakrama yang menceritakan kisah Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji (Candra Kirana), Kidung Malat yang menceritakan kisah Panji Asmarabangun dan Dewi Ratna Kencana (Galuh Ajeng), dan Kidung Ranggalawe yang menceritakan kisah Ranggalawe (Raden Wijaya) dan Dewi Anjasmara.

Beberapa pararaton terkenal dari Majapahit adalah Pararaton yang menceritakan sejarah dinasti Rajasa dari Ken Arok hingga Brawijaya V (Ranawijaya), Pararaton Jayabaya yang menceritakan ramalan-ramalan Jayabaya tentang masa depan Nusantara, Pararaton Kertarajasa yang menceritakan sejarah pendirian Majapahit oleh Raden Wijaya, dan Pararaton Gajah Mada yang menceritakan sejarah perjuangan Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.

Beberapa babad terkenal dari Majapahit adalah Babad Tanah Jawi yang menceritakan sejarah Jawa dari masa pra-Islam hingga masa Islam, Babad Majapahit yang menceritakan sejarah Majapahit dari awal hingga akhir, Babad Demak yang menceritakan sejarah Demak sebagai penerus Majapahit, Babad Pajang yang menceritakan sejarah Pajang sebagai penerus Demak, dan Babad Mataram yang menceritakan sejarah Mataram sebagai penerus Pajang.

Beberapa kitab terkenal dari Majapahit adalah Kitab Negarakertagama Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara yang ditulis oleh Mpu Prapanca, Kitab Surya Alam Jayabaya yang ditulis oleh Jayabaya, Kitab Pustaka Raja Purwa Parwa Sang Hyang Kamahayanikan yang ditulis oleh Mpu Tanakung, Kitab Arjuna Wiwaha Prapanca Yuga yang ditulis oleh Mpu Kanwa, dan Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Tantular.

Beberapa suluk terkenal dari Majapahit adalah Suluk Wujil yang ditulis oleh Sunan Bonang, Suluk Malang Sumirang yang ditulis oleh Sunan Giri, Suluk Linglung yang ditulis oleh Sunan Kalijaga, Suluk Gunung Jati yang ditulis oleh Sunan Gunung Jati, dan Suluk Menak Jinggo yang ditulis oleh Sunan Kudus.

Pura Maospahit "Pura Majapahit." Denpasar, Bali.
Pura Maospahit “Pura Majapahit.” Denpasar, Bali.

Ilmu Pengetahuan:

Majapahit menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama, filsafat, hukum, politik, sejarah, geografi, astronomi, matematika, kedokteran, pertanian, seni bela diri, dan lain-lain. Beberapa contoh ilmu pengetahuan Majapahit adalah:

Agama:

Majapahit mengenal dan menghormati berbagai agama yang ada di Nusantara, seperti Hindu, Buddha, Islam, Syiwa-Buddha (Sinkretisme Hindu-Buddha), dan Kejawen (Agama Asli Jawa).

Mereka juga memiliki ajaran-ajaran spiritual yang bersifat esoteris dan mistis, seperti Tantra (Ajaran Rahasia Hindu), Mantra (Ajaran Rahasia Buddha), Tasawuf (Ajaran Rahasia Islam), dan Primbon (Ajaran Rahasia Jawa).

Filsafat:

Majapahit memiliki pemikiran-pemikiran filosofis yang mendalam dan kompleks, seperti Sankhya (Filsafat Hindu tentang Dua Prinsip Dasar Alam), Yogacara (Filsafat Buddha tentang Kesadaran), Wahdatul Wujud (Filsafat Islam tentang Kesatuan Hakiki), dan Kawruh Jiwa (Filsafat Jawa tentang Jiwa Manusia).

Hukum:

Majapahit memiliki sistem hukum yang adil dan bermartabat, dengan berbagai sumber hukum seperti Weda (Kitab Suci Hindu), Tripitaka (Kitab Suci Buddha), Al-Quran (Kitab Suci Islam), Undang-Undang Majapahit (Kumpulan Hukum Negara), dan Adat Istiadat (Kumpulan Hukum Tradisional).

Politik:

Majapahit memiliki sistem pemerintahan yang efektif dan efisien, dengan pembagian kekuasaan antara raja (maharaja), perdana menteri (mahapatih), dewan penasihat (sang sapurohita), gubernur (rakryan), pejabat daerah (dharmmadhikara), pejabat desa (kuwu), dan rakyat biasa (praja).

Mereka juga memiliki konsep negara yang tinggi dan mulia, seperti Mandala (Konsep Wilayah Kekuasaan), Swagata Swabhawa (Konsep Kedaulatan Negara), Bhinneka Tunggal Ika (Konsep Persatuan dalam Keberagaman), dan Dharma Negara (Konsep Kesejahteraan Negara).

Sejarah:

Majapahit memiliki kesadaran sejarah yang tinggi dan menjaga catatan-catatan sejarah yang akurat dan lengkap, dengan berbagai sumber sejarah seperti prasasti (tulisan di batu, logam, atau tanah liat), dokumen (tulisan di daun lontar, kertas, atau kain), candi (bangunan suci yang berisi relief sejarah), dan sastra (karya tulis yang berisi cerita sejarah).

Geografi:

Majapahit memiliki pengetahuan geografi yang luas dan mendetail, dengan berbagai sumber geografi seperti peta (gambaran wilayah dalam bentuk dua dimensi), globe (gambaran wilayah dalam bentuk tiga dimensi), kompas (alat untuk menentukan arah mata angin), dan astrolab (alat untuk mengukur posisi bintang).

Mereka juga memiliki nama-nama geografi yang khas dan bermakna, seperti Nusantara (Kepulauan di Antara Dua Benua), Dwipantara (Kepulauan di Antara Dua Lautan), Jawa Dwipa (Pulau Berlimpah Kebajikan), Bali Dwipa (Pulau Berlimpah Kemakmuran), dan Madura Dwipa (Pulau Berlimpah Kekuatan). – Astronomi: Majapahit memiliki pengetahuan astronomi yang canggih dan presisi, dengan berbagai sumber astronomi seperti kalender.

Sebuah relief Relief Mahapatih Majapahit Gajah Mada
Sebuah relief Relief Mahapatih Majapahit Gajah Mada

Ekonomi:

Kerajaan Majapahit memiliki ekonomi yang maju dan makmur, dengan berbagai sumber ekonomi seperti pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, perdagangan, dan industri. Beberapa contoh ekonomi Majapahit adalah:

Pertanian:

Majapahit menghasilkan berbagai macam tanaman pangan dan komoditas, seperti padi, jagung, gandum, ubi, singkong, kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah, gula, kapas, dan tembakau.

Mereka juga mengembangkan sistem irigasi yang canggih untuk mengairi sawah dan ladang mereka, seperti terasering (pembuatan sawah bertingkat), subak (pembagian air bersama), dan waduk (penampungan air).

Peternakan:

Majapahit menghasilkan berbagai macam hewan ternak dan produknya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, bebek, angsa, burung merak, telur, susu, daging, kulit, bulu, dan tanduk. Mereka juga mengembangkan sistem peternakan yang efisien dan higienis untuk memelihara hewan-hewan mereka, seperti kandang (tempat tinggal hewan), padang rumput (tempat makan hewan), dan pasar hewan (tempat menjual hewan).

Perikanan: Majapahit menghasilkan berbagai macam ikan dan produknya, seperti ikan laut, ikan sungai, ikan tambak, ikan hias, udang, kepiting, cumi-cumi, kerang, teripang, mutiara, asin (ikan kering), pindang (ikan rebus), pepes (ikan bumbu), dan sambal (ikan pedas).

Mereka juga mengembangkan sistem perikanan yang produktif dan lestari untuk menangkap dan membudidayakan ikan-ikan mereka, seperti jaring (alat untuk menangkap ikan), perahu (kendaraan untuk berlayar di laut), tambak (kolam untuk membudidayakan ikan), dan pasar ikan (tempat menjual ikan).

Pertambangan:

Majapahit menghasilkan berbagai macam mineral dan logam yang bernilai tinggi, seperti emas, perak, tembaga, besi, timah, seng, nikel, kobalt, belerang, dan batu mulia.

Mereka juga mengembangkan sistem pertambangan yang maju dan aman untuk mengeksplorasi dan mengekstraksi mineral dan logam mereka, seperti tambang (tempat menggali bahan tambang), peleburan (tempat melebur logam), pengolahan (tempat mengolah logam), dan pasar logam (tempat menjual logam).

Perdagangan:

Majapahit menghasilkan berbagai macam barang dagangan yang diminati oleh banyak negara, seperti rempah-rempah, gula, kapas, tembakau, keramik, perhiasan, tekstil, dan senjata.

Mereka juga mengembangkan sistem perdagangan yang lancar dan menguntungkan untuk menjual dan membeli barang-barang mereka, seperti pelabuhan (tempat berlabuh kapal), pasar (tempat bertransaksi barang), gudang (tempat menyimpan barang), dan mata uang (alat tukar barang).

Mereka juga memiliki jaringan perdagangan yang luas dan kuat dengan berbagai negara di Asia dan Afrika, seperti India, Tiongkok, Kamboja, Thailand, Malaka, Sriwijaya, Samudra Pasai, Majapahit, Mataram, dan Madagaskar.

Industri:

Majapahit menghasilkan berbagai macam barang industri yang berkualitas dan inovatif, seperti keramik, perhiasan, tekstil, senjata, alat musik, alat tulis, alat ukur, alat pertanian, alat perikanan, alat pertambangan, alat perdagangan, dan alat transportasi.

Mereka juga mengembangkan sistem industri yang modern dan efektif untuk memproduksi dan mendistribusikan barang-barang mereka, seperti pabrik (tempat membuat barang), bengkel (tempat memperbaiki barang), toko (tempat menjual barang), dan angkutan (kendaraan untuk mengangkut barang).

Perselisihan Hayam Wuruk dan Gajah Mada Berakibat Perang Bubat di Majapahit
Perselisihan Hayam Wuruk dan Gajah Mada Berakibat Perang Bubat di Majapahit

Militer:

Kerajaan Majapahit memiliki militer yang tangguh dan disiplin, dengan berbagai sumber militer seperti tentara (pasukan darat), armada (pasukan laut), senjata (alat untuk menyerang atau bertahan), strategi (rencana untuk menang atau bertahan), dan taktik (cara untuk mengeksekusi rencana). Beberapa contoh militer Majapahit adalah:

Tentara:

Majapahit memiliki tentara yang terdiri dari berbagai macam pasukan yang memiliki fungsi dan spesialisasi masing-masing, seperti infanteri (pasukan berjalan kaki), kavaleri (pasukan berkuda), artileri (pasukan bersenjata api), arkebusir (pasukan bersenapan), panah (pasukan bersenjata busur), tombak (pasukan bersenjata tombak), pedang (pasukan bersenjata pedang), golok (pasukan bersenjata golok), kris (pasukan bersenjata kris), gada (pasukan bersenjata gada), cemeti (pasukan bersenjata cambuk), dan cadik (pasukan bersenjata pisau).

Armada:

Majapahit memiliki armada yang terdiri dari berbagai macam kapal yang memiliki ukuran dan kegunaan masing-masing, seperti jong (kapal besar untuk angkut barang atau pasukan), lancaran (kapal sedang untuk angkut barang atau pasukan), kelulus (kapal kecil untuk angkut barang atau pasukan), penjajap (kapal cepat untuk jelajah atau serang musuh), penjelajah (kapal tangguh untuk jelajah atau serang musuh), penyerbu (kapal gesit untuk jelajah atau serang musuh), penakluk (kapal kuat untuk jelajah atau serang musuh), dan penjaga (kapal kokoh untuk jelajah atau serang musuh).

Senjata:

Majapahit memiliki senjata yang terdiri dari berbagai macam alat yang memiliki bentuk dan daya masing-masing, seperti meriam (senjata api besar untuk tembak jarak jauh), bedil (senjata api kecil untuk tembak jarak dekat), busur (senjata busur untuk tembak jarak jauh), panah (senjata panah untuk tembak jarak jauh), tombak (senjata tombak untuk tusuk jarak dekat), pedang (senjata pedang untuk potong jarak dekat), golok (senjata golok untuk potong jarak dekat), kris (senjata kris untuk tusuk atau potong jarak dekat), gada (senjata gada untuk hantam jarak dekat), cemeti (senjata cambuk untuk pukul jarak dekat), cadik (senjata pisau untuk tusuk atau potong jarak dekat), dan tameng (alat untuk lindung dari serangan musuh).

Strategi

Majapahit memiliki strategi yang terdiri dari berbagai macam rencana yang memiliki tujuan dan sasaran masing-masing, seperti ekspansi (rencana untuk memperluas wilayah kekuasaan), konsolidasi (rencana untuk mempertahankan wilayah kekuasaan), aliansi (rencana untuk menjalin kerjasama dengan negara lain), perang (rencana untuk menyerang atau bertahan dari serangan musuh), damai (rencana untuk mengakhiri atau mencegah perang dengan musuh), dan diplomasi (rencana untuk menjaga hubungan baik dengan negara lain).

Taktik:

Majapahit memiliki taktik yang terdiri dari berbagai macam cara yang memiliki metode dan teknik masing-masing, seperti penyergapan (cara untuk menyerang musuh secara mendadak dan tak terduga),

pengepungan (cara untuk menyerang musuh dengan mengurung mereka di suatu tempat), penembusan (cara untuk menyerang musuh dengan menembus pertahanan mereka),

penghadangan (cara untuk menyerang musuh dengan menghalangi jalur mereka), pengelabuan (cara untuk menyerang musuh dengan menipu atau mengelabui mereka), pengunduran diri (cara untuk bertahan dari serangan musuh dengan mundur atau menjauh dari mereka),

pertahanan (cara untuk bertahan dari serangan musuh dengan membangun benteng atau rintangan), dan perundingan (cara untuk bertahan dari serangan musuh dengan berbicara atau bernegosiasi dengan mereka).

Peninggalan:

Kerajaan Majapahit meninggalkan berbagai macam peninggalan yang memiliki nilai dan makna masing-masing, seperti bangunan, seni, sastra, ilmu pengetahuan, simbol, tradisi, dan bahasa. Beberapa contoh peninggalan Majapahit adalah:

Bangunan:

Majapahit meninggalkan banyak bangunan yang masih bisa kita lihat hingga saat ini, seperti candi, istana, taman, dan waduk. Beberapa bangunan ini menjadi situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO, seperti Candi Penataran, Candi Surawana, Candi Jawi, Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Brahu. Beberapa bangunan ini juga menjadi saksi bisu dari sejarah Majapahit yang gemilang dan tragis, seperti Istana Bajang Ratu, Istana Wringin Lawang, Istana Ratu Boko, Waduk Segaran, Waduk Tikus, dan Waduk Simping.

Seni:

Majapahit meninggalkan banyak karya seni yang masih bisa kita nikmati hingga saat ini, seperti patung, relief, lukisan, keramik, perhiasan, dan tekstil. Beberapa karya seni ini menjadi benda-benda koleksi yang disimpan di museum-museum di dalam dan luar negeri, seperti Patung Gajah Mada, Patung Harihara, Patung Dwarapala,

Patung Arca Budha, Patung Singa, Relief Panji, Relief Ramayana, Relief Arjunawiwaha, Relief Sutasoma, Relief Kertarajasa, Lukisan Wayang Kulit, Lukisan Wayang Beber, Lukisan Pemandangan Majapahit, Lukisan Perang Paregreg,

ukisan Perang Jipang, Keramik Celadon, Keramik Biru Putih, Keramik Merah Putih, Keramik Lapis Emas, Keramik Motif Bunga, Perhiasan Emas, Perhiasan Perak, Perhiasan Tembaga, Perhiasan Mutiara, Perhiasan Giok, Tekstil Batik, Tekstil Ikat, Tekstil Songket, Tekstil Prada, dan Tekstil Tenun.

Sastra:

Majapahit meninggalkan banyak karya sastra yang masih bisa kita baca dan pelajari hingga saat ini, seperti kakawin, kidung, pararaton, babad, kitab, dan suluk.

Beberapa karya sastra ini menjadi sumber sejarah yang berharga dan akurat tentang Majapahit dan Nusantara, seperti Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular, Kakawin Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa,

Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kakawin Smaradahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja. Beberapa karya sastra ini juga menjadi karya seni yang indah dan menginspirasi banyak orang hingga kini, seperti Kidung Sundayana yang menceritakan perang Bubat antara Majapahit dan Sunda,

Kidung Harsawijaya yang menceritakan kisah Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kidung Panji Wijayakrama yang menceritakan kisah Panji Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji (Candra Kirana), Kidung Malat yang menceritakan kisah Panji Asmarabangun dan Dewi Ratna Kencana (Galuh Ajeng),

Kidung Ranggalawe yang menceritakan kisah Ranggalawe (Raden Wijaya) dan Dewi Anjasmara. Beberapa karya sastra ini juga menjadi sumber ilmu pengetahuan yang mendalam dan luas tentang berbagai bidang, seperti Pararaton yang menceritakan sejarah dinasti Rajasa dari Ken Arok hingga Brawijaya V (Ranawijaya),

Pararaton Jayabaya yang menceritakan ramalan-ramalan Jayabaya tentang masa depan Nusantara, Pararaton Kertarajasa yang menceritakan sejarah pendirian Majapahit oleh Raden Wijaya, dan Pararaton Gajah Mada yang menceritakan sejarah perjuangan Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.

Beberapa karya sastra ini juga menjadi sumber spiritual yang tinggi dan suci tentang berbagai ajaran, seperti Kitab Negarakertagama Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara yang ditulis oleh Mpu Prapanca, Kitab Surya Alam Jayabaya yang ditulis oleh Jayabaya, Kitab Pustaka Raja Purwa Parwa Sang Hyang Kamahayanikan yang ditulis oleh Mpu Tanakung,

Kitab Arjuna Wiwaha Prapanca Yuga yang ditulis oleh Mpu Kanwa, dan Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Tantular.

Beberapa karya sastra ini juga menjadi sumber inspirasi yang abadi dan universal untuk banyak orang, seperti Suluk Wujil yang ditulis oleh Sunan Bonang, Suluk Malang Sumirang yang ditulis oleh Sunan Giri, Suluk Linglung yang ditulis oleh Sunan Kalijaga, Suluk Gunung Jati yang ditulis oleh Sunan Gunung Jati, dan Suluk Menak Jinggo yang ditulis oleh Sunan Kudus.

Ilmu Pengetahuan:

Majapahit meninggalkan banyak ilmu pengetahuan yang masih bisa kita gunakan dan kembangkan hingga saat ini, seperti agama, filsafat, hukum, politik, sejarah, geografi, astronomi, matematika, kedokteran, pertanian, seni bela diri, dan lain-lain.

Beberapa ilmu pengetahuan ini menjadi dasar dari ilmu pengetahuan modern yang kita kenal sekarang, seperti Sankhya (Filsafat Hindu tentang Dua Prinsip Dasar Alam), Yogacara (Filsafat Buddha tentang Kesadaran),

Wahdatul Wujud (Filsafat Islam tentang Kesatuan Hakiki), dan Kawruh Jiwa (Filsafat Jawa tentang Jiwa Manusia).

Beberapa ilmu pengetahuan ini juga menjadi sumber pengetahuan yang unik dan khas dari Nusantara, seperti Tantra (Ajaran Rahasia Hindu), Mantra (Ajaran Rahasia Buddha), Tasawuf (Ajaran Rahasia Islam), dan Primbon (Ajaran Rahasia Jawa).

bendera majapahit
bendera majapahit

Simbol:

Majapahit meninggalkan banyak simbol yang masih bisa kita lihat dan maknai hingga saat ini, seperti lambang, bendera, mata uang, pakaian adat, senjata pusaka, dan tarian.

Beberapa simbol ini menjadi identitas dari bangsa Indonesia yang kita cintai sekarang, seperti Lambang Garuda Pancasila (Lambang Negara Indonesia), Bendera Merah Putih (Bendera Negara Indonesia),

Rupiah (Mata Uang Indonesia), Batik (Pakaian Adat Indonesia), Keris (Senjata Pusaka Indonesia), dan Tari Pendet (Tari Selamat Datang dari Bali). Beberapa simbol ini juga menjadi warisan dari budaya Majapahit yang kita banggakan sekarang, seperti Lambang Surya Majapahit (Lambang Kerajaan Majapahit),

Bendera Sancaka (Bendera Kerajaan Majapahit), Kepeng (Mata Uang Kerajaan Majapahit), Songket (Pakaian Adat Kerajaan Majapahit), Gada (Senjata Pusaka Kerajaan Majapahit), dan Tari Reog (Tari Tradisional dari Ponorogo).

Tradisi:

Majapahit meninggalkan banyak tradisi yang masih bisa kita lakukan dan lestarikan hingga saat ini, seperti upacara, ritual, adat istiadat, permainan rakyat, seni pertunjukan, dan kuliner. Beberapa tradisi ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita sekarang, seperti Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia (Upacara untuk Memperingati Kemerdekaan Indonesia dari Penjajahan Asing),

Ritual Nyepi (Ritual untuk Menyambut Tahun Baru Saka di Bali), Adat Istiadat Pernikahan Jawa (Adat Istiadat untuk Melangsungkan Pernikahan di Jawa), Permainan Egrang (Permainan Rakyat untuk Berjalan dengan Tongkat Kayu), Seni Wayang Kulit (Seni Pertunjukan dengan Boneka Kulit), dan Kuliner Nasi Goreng (Kuliner dengan Nasi yang Digoreng).

Beberapa tradisi ini juga menjadi saksi dari sejarah Majapahit yang luar biasa dan menarik, seperti Upacara Sumpah Palapa (Upacara untuk Mengucapkan Sumpah Gajah Mada untuk Menyatukan Nusantara),

Ritual Tawur Agung (Ritual untuk Membersihkan Bumi dari Kotoran dan Dosa), Adat Istiadat Pernikahan Bubat (Adat Istiadat untuk Melangsungkan Pernikahan antara Putra Majapahit dan Putri Sunda), Permainan Gobak Sodor (Permainan Rakyat untuk Melompati Garis-Garis Tanah),

Seni Wayang Beber (Seni Pertunjukan dengan Gulungan Kertas), dan Kuliner Rujak Cingur (Kuliner dengan Buah-Buahan dan Hidung Sapi).

Bahasa:

Majapahit meninggalkan banyak bahasa yang masih bisa kita gunakan dan pelajari hingga saat ini, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Madura, bahasa Melayu, bahasa Tionghoa, dan bahasa Sanskerta.

Beberapa bahasa ini menjadi bahasa ibu dari jutaan orang di Indonesia sekarang, seperti Bahasa Jawa (Bahasa Ibu dari Orang Jawa), Bahasa Bali (Bahasa Ibu dari Orang Bali), Bahasa Madura (Bahasa Ibu dari Orang Madura)

Bahasa Melayu (Bahasa Ibu dari Orang Melayu), Bahasa Tionghoa (Bahasa Ibu dari Orang Tionghoa), dan Bahasa Sanskerta (Bahasa Ibu dari Orang Hindu).

Beberapa bahasa ini juga menjadi bahasa pengantar atau asing yang dipelajari oleh banyak orang di Indonesia sekarang, seperti Bahasa Indonesia (Bahasa Pengantar Nasional yang Berasal dari Bahasa Melayu),

Bahasa Inggris (Bahasa Asing Internasional yang Dipelajari oleh Banyak Orang), Bahasa Arab (Bahasa Asing Agama Islam yang Dipelajari oleh Banyak Orang), Bahasa Jepang (Bahasa Asing Negara Tetangga yang Dipelajari oleh Banyak Orang), dan Bahasa Latin (Bahasa Asing Ilmu Pengetahuan yang Dipelajari oleh Banyak Orang).

Demikianlah artikel kami tentang sejarah kerajaan Majapahit. Kami berharap artikel ini dapat memberikan Anda informasi yang bermanfaat dan menarik tentang salah satu kerajaan terbesar dan terkuat yang pernah ada di Nusantara. Kami juga berharap artikel ini dapat menginspirasi Anda untuk lebih mengenal dan mencintai bangsa dan budaya Indonesia. Terima kasih telah membaca artikel kami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *