Sejarah dan Asal-usul Pandeglang, Kabupaten di Banten yang Kaya Akan Budaya dan Wisata

logo pandeglang

FOKUS BANTEN – Pandeglang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki banyak potensi dan daya tarik, baik dari segi sejarah, budaya, maupun wisata.

Kabupaten ini terletak di ujung barat Pulau Jawa, berbatasan dengan Selat Sunda di sebelah utara, Kabupaten Lebak di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, dan Kabupaten Serang di sebelah barat.

Luas wilayahnya mencapai 2.746,89 kilometer persegi, yang meliputi beberapa pulau kecil di Samudera Hindia, seperti Pulau Panaitan, Pulau Deli, dan Pulau Tinjil. Selain itu, kabupaten ini juga memiliki Taman Nasional Ujung Kulon, yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO dan habitat bagi badak bercula satu Jawa.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas sejarah dan asal-usul Pandeglang, serta beberapa budaya dan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Mari kita simak bersama!

Sejarah Kabupaten Pandeglang

Pandeglang memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang terjadi di wilayah ini:

  • Pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, Pandeglang merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di daerah Bogor saat ini. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yang menguasai wilayah Jawa Barat hingga Banten.
  • Pada abad ke-16 hingga ke-19 Masehi, Pandeglang menjadi salah satu wilayah penting dalam Kerajaan Banten, yang merupakan kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada masa itu. Kerajaan ini memiliki hubungan dagang dengan berbagai negara di Asia dan Eropa, serta menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah barat Jawa.
  • Pada tahun 1526 Masehi, Sunan Gunung Jati, salah satu wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa, mendirikan Masjid Agung Banten di daerah Banten Lama, yang kini termasuk dalam wilayah Pandeglang. Masjid ini merupakan masjid tertua di Banten dan salah satu masjid tertua di Indonesia.
  • Pada tahun 1596 Masehi, Pandeglang menjadi saksi sejarah kedatangan armada Belanda pertama kali ke Nusantara, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Armada ini berlabuh di Pelabuhan Banten untuk melakukan perdagangan dengan Kerajaan Banten. Namun, hubungan antara Belanda dan Banten tidak berlangsung baik, karena Belanda sering melakukan tindakan monopoli dan permusuhan terhadap pedagang lain.
  • Pada tahun 1682 Masehi, Belanda berhasil menduduki Pelabuhan Banten setelah melakukan pengepungan selama beberapa tahun. Hal ini menyebabkan Kerajaan Banten mengalami kemunduran dan kehilangan pengaruhnya di Nusantara. Belanda kemudian membangun benteng pertahanan di sekitar pelabuhan untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah.
  • Pada tahun 1808 Masehi, Daendels, seorang gubernur jenderal Hindia Belanda yang berasal dari Prancis, memindahkan ibu kota Provinsi Jawa Barat dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Ia juga membangun Jalan Raya Pos (Jalan Raya Anyer-Panarukan) yang melintasi wilayah Pandeglang. Jalan ini digunakan untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan penting di Pulau Jawa.
  • Pada tahun 1828 Masehi, berdasarkan Staatsblad Belanda Nomor 1828/8/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/1/, Pandeglang menjadi bagian dari Kabupaten Serang. Kabupaten Serang memiliki 11 kawedanan (setingkat kecamatan), salah satunya adalah Kawedanan Pandeglang. Kawedanan Pandeglang terdiri dari dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pandeglang dan Kecamatan Cadasari.
  • Pada tahun 1874 Masehi, berdasarkan Staatsblad Belanda Nomor 73, Pandeglang resmi berstatus kabupaten. Kabupaten Pandeglang memiliki sembilan kawedanan, yaitu Kawedanan Pandeglang, Kawedanan Baros, Kawedanan Ciomas, Kawedanan Kolelet, Kawedanan Cimanuk, Kawedanan Caringin, Kawedanan Panimbang, Kawedanan Menes, dan Kawedanan Cibaliung.
  • Pada tahun 1925 Masehi, Pandeglang menjadi kabupaten yang berdiri sendiri terpisah dari Karesidenan Banten. Kabupaten ini memiliki 12 kawedanan, yaitu Kawedanan Pandeglang, Kawedanan Baros, Kawedanan Ciomas, Kawedanan Kolelet, Kawedanan Cimanuk, Kawedanan Caringin, Kawedanan Panimbang, Kawedanan Menes, Kawedanan Cibaliung, Kawedanan Labuan, Kawedanan Saketi, dan Kawedanan Cikeusik.
  • Pada tahun 1934 Masehi, Taman Nasional Ujung Kulon didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai cagar alam untuk melindungi badak bercula satu Jawa yang hampir punah. Taman nasional ini merupakan taman nasional pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
  • Pada tahun 1942 Masehi, Jepang menginvasi Indonesia dan menggantikan Belanda sebagai penjajah. Jepang melakukan berbagai kekejaman dan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia, termasuk di wilayah Pandeglang. Jepang juga membangun jalur kereta api yang menghubungkan Serang dengan Labuan untuk mendukung perangnya di Pasifik.
  • Pada tahun 1945 Masehi, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Jepang dan Belanda. Namun, Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan melakukan agresi militer untuk merebut kembali wilayahnya. Di Pandeglang, terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh KH Zainal Mustofa dan KH Tubagus Ahmad Bakri. Mereka berhasil mengusir tentara Belanda dari beberapa wilayah di Pandeglang.
  • Pada tahun 1950 Masehi, Indonesia berhasil mengusir Belanda secara keseluruhan dan membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Pandeglang menjadi bagian dari Negara Pasundan, salah satu negara bagian dalam RIS. Namun, pada tahun 1950 juga, RIS dibubarkan dan digantikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pandeglang kemudian menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.
  • Pada tahun 2000 Masehi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, Pandeglang menjadi bagian dari Provinsi Banten yang baru terbentuk. Provinsi Banten merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat.

Asal-usul Nama Pandeglang

Ada beberapa versi tentang asal-usul nama Pandeglang. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Versi pertama menyebutkan bahwa nama Pandeglang berasal dari kata “pandhega” yang berarti orang yang pandai atau cerdas dalam bahasa Sunda. Kata ini kemudian ditambahkan dengan akhiran “-lang” yang berarti tempat atau daerah. Jadi, Pandeglang berarti tempat atau daerah orang-orang yang pandai atau cerdas.
  • Versi kedua menyebutkan bahwa nama Pandeglang berasal dari kata “pandega” yang berarti orang yang bertugas mengurus kebun atau ladang dalam bahasa Sunda. Kata ini kemudian ditambahkan dengan akhiran “-lang” yang berarti tempat atau daerah. Jadi, Pandeglang berarti tempat atau daerah orang-orang yang bertugas mengurus kebun atau ladang.
  • Versi ketiga menyebutkan bahwa nama Pandeglang berasal dari kata “pandheg” yang berarti pohon pandan dalam bahasa Sunda Kata ini kemudian ditambahkan dengan akhiran “-lang” yang berarti tempat atau daerah. Jadi, Pandeglang berarti tempat atau daerah yang banyak ditumbuhi pohon pandan.
  • Versi keempat menyebutkan bahwa nama Pandeglang berasal dari kata “pandang” yang berarti melihat atau memandang dalam bahasa Sunda. Kata ini kemudian ditambahkan dengan akhiran “-lang” yang berarti tempat atau daerah. Jadi, Pandeglang berarti tempat atau daerah yang indah untuk dilihat atau dipandang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *