Banten  

Musim Hujan di Banten Diperkirakan Dimulai November, Tapi Tidak Serentak

Fenomena El Nino Mempengaruhi Curah Hujan dan Suhu di Wilayah Banten

wanita memakai payung hujan

FOKUS BANTEN – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis perkiraan awal mengenai musim hujan yang akan melanda wilayah Provinsi Banten pada tahun 2023. Menurut BMKG, musim hujan di provinsi ini diperkirakan akan dimulai pada bulan November, namun, tidak akan terjadi secara serentak.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Serang, Tatang Rusmana, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pemantauan BMKG, musim hujan di Provinsi Banten diperkirakan akan turun pada Dasarian I November 2023. Namun, ada juga daerah yang mungkin baru akan mengalami hujan di awal dasarian Desember 2023.

“Setiap daerah di Provinsi Banten mungkin akan mengalami musim hujan pada waktu yang berbeda. Ini disebabkan oleh keragaman iklim yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino, yang membuat wilayah-wilayah di Banten tidak dapat memasuki musim hujan secara bersamaan,” ungkap Tatang Rusmana.

Menurutnya, curah hujan yang diperkirakan akan terjadi pada musim hujan ini juga berbeda dari tahun sebelumnya. Gangguan yang ditimbulkan oleh fenomena El Nino diperkirakan akan menyebabkan curah hujan berada di bawah normal, disertai dengan peningkatan suhu.

Tatang menjelaskan bahwa kenaikan suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik bagian Timur telah berdampak pada penurunan suhu muka laut di wilayah Indonesia, yang pada gakhirnya mempengaruhi curah hujan. Dampak dari kondisi ini adalah kemunduran musim hujan dari yang biasanya.

BMKG Imbau Pemda dan Masyarakat untuk Mengoptimalkan Penyimpanan Air

Untuk mengatasi perubahan cuaca yang diakibatkan oleh El Nino, Tatang Rusmana memastikan bahwa tidak ada kekhawatiran terkait dengan kejadian panas ekstrem di Indonesia pada musim ini.

BMKG juga mengimbau pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat untuk lebih mengoptimalkan penyimpanan air. Hal ini dapat dilakukan dengan memanen air hujan dan melakukan manajemen air bersih melalui berbagai sarana seperti danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya.

“Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat akan lebih siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi saat musim kemarau,” pungkas Tatang Rusmana.

Seiring dengan perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi, langkah-langkah proaktif seperti ini menjadi semakin penting untuk menjaga ketahanan wilayah terhadap perubahan cuaca yang mungkin terjadi di masa depan. Semua pihak diharapkan bersinergi dalam upaya menjaga ketersediaan air yang cukup, serta melindungi masyarakat dari potensi dampak buruk yang mungkin terjadi selama musim hujan mendatang. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *